TRAXMAGZ.com
FOLLOW US ON:
Facebook Twitter Google Plus
Loading
ADVERTISER / SUBSCRIBERS

"Sebuah Dedikasi", Album Perdana Petaka Untuk Mendiang Rully Annash


20 APRIL 2016


Wahyu Kurniawan

dok. istimewa

Unit hadcore punk asal Jakarta, Petaka, merilis debut album penuh bertajuk Sebuah Dedikasi pada 16 April lalu. Sebuah Dedikasi merupakan judul debut album yang didedikasikan penuh untuk mendiang Rully Annash (drummer) yang meninggal pada 27 November 2015 lalu, disaat proses pengerjaan album ini tengah berlangsung.

Petaka sendiri merupakan proyek band dari mendiang Rully Annash diawal  2015, ketika band dia sebelumnya The Brandals sedang dalam masa hiatus. Beberapa nama seperti Wawan Fury dari Taste Of Flesh, Danang (Unbound) dari Speedkill, dan Yoga dari Zootemple diajak bergabung untuk membuat proyek bermusik dengan genre hardcore-punk. Pertama dibentuk, band ini langsung mendapat respon yang positif. Inilah yang membuat Rully dan personel lainnya di Petaka semangat untuk segera merilis album perdana.

Proses rekaman Petaka bisa dibilang singkat, hanya menghabiskan waktu 21 jam (3,5 shift) untuk 14 lagu di Venom Studio, Jakarta Selatan pada Oktober 2015 lalu. Rully mengakui proses rekaman bersama Petaka ini merupakan rekaman tercepat selama dia bermain band. "Buat gue pribadi, ini rekaman paling cepat sepanjang sejarah gue main band,” ungkap Rully saat itu.

Wawan Fury sang bassist  juga mengatakan hal serupa setelah 8 tahun terakhir ini dia kembali merasakan proses rekaman. "Buat gue ini salah satu rekaman terbaik, terutama dari segi alat (gear) penunjang yang tersedia, sehingga sound yang dihasilkan sangat memuaskan. Setelah sekitar 8 tahun enggak masuk studio rekaman lagi sebagai pemain band, gue rasa ini jadi hasil terbaik gue,” jelas Wawan.

Namun, tak disangka di tengah perjalanan pembuatan album, duka cita yang mendalam dialami oleh Petaka. Sebulan setelah Rully menunaikan tugasnya merekam sesi drum untuk album ini, ia meninggalkan Petaka untuk selama-lamanya akibat serangan jantung yang dialaminya. "Berat rasanya ketika Petaka ditinggalkan Rully, disaat band ini sedang dalam proses produksi, sedih dan enggak tahu harus ngapain. Cuma yang ada di benak gue saat itu, album ini harus dirilis karena ini adalah karya terakhir almarhum Rully, dan dia yang sangat berambisi untuk merilis album ini, gue dan kawan-kawan harus melanjutkan ambisi dari Rully ini,” tegas Danang.

Rully pergi tidak hanya meninggalkan kenangan baik untuk semua orang, untuk kawan-kawannya di Petaka, ia meninggalkan sebuah catatan penting, sebuah karya yang selama ini dia tahan. Rully meninggalkan tanggung jawab, amanat, dan kepercayaan yang besar kepada rekan-rekan satu band-nya (Unbound, Wawan, dan Yoga) untuk menyelesaikan album ini tanpa dirinya. Namun semuanya itu terbayar ketika hasil rekaman album ini sangat memuaskan.

"Perasaaan gue saat dengar hasilnya puas, karena di luar ekspektasi sebenarnya, ternyata hasilnya lebih oke. Karena produksi album ini juga enggak besar dengan shift yang enggak terlalu banyak. Prosesnya juga simple kok, seminimal mungkin menggunakan plug ins & audio software, semua di-take dari amp dan di-miking. Dan yang paling berkesan buat gue di album ini, Rully take drum-nya live, jadi soul-nya itu lebih berasa," cerita Yoga tentang hasil rekaman Petaka.

Album ini bisa dibilang dikerjakan semuanya oleh orang-orang terdekat dan selalu mendukung Petaka. Pipink dan Hari dari Venom Studio selaku engineer dan studio rekaman yang memfasilitasi Petaka selama rekaman, Arian13 dari Lawless Records (Jakarta) dan Vidi dari Disaster Records (Bandung) yang antusias untuk merilis album ini, dan Ifni yang secara totalitas jadi illustrator dan me-lay out desain album ini. Sebuah dedikasi untuk bagian yang kita cintai.

COMMENTS

VIDEO

You need Flash player 8+ and JavaScript enabled to view this video.
Trax_Plug_n_Play_small

TWITSTREAM